Suratku
#1
Hari ini, sendiri ku terlintas sekelebat bayang indah
yang mengisi kekosongan jiwa. Hati yang kering dalam tandusnya asmara, dalam
sesak merindu pujaan jiwa yang selalu menemani. Kini tiada di sisi karna CINTA
terlarang, walau hanya tuhan yang tahu semua itu. Sesaat ku pergi saat dia
harus kembali, walau berat perasaan tiada tertahan perihnya perpisahan, semua
harus terjadi dan tetap berlaku pada ketentuan. Karna aku, karna dirimu
bukanlah lebah liar dan bunga mawar.
Kadang jiwaku ingin memberontak pada ketatnya dunia
yang menghimpit. Dengan aturan-aturan manusia yang tak berguna. Yang hanya
berdalil menyelamatkan, berdalil kebaikan, tapi selalu mengabaikan kasih
sayang. Jiwaku ingin memberontak, pada 1 pilihan di mana itu yang aku butuhkan,
bukan pada jalan Tuhan yang selalu mengharuskan. Padahal aku tak pernah ingin
jalani keharusan itu.
Jika semua ini adalah keadilan yang di tentukan,
mengapa tak sedari dulu kita di pertemukan. Adilkah jika seharusnya CINTA yang
tak pernah menyakiti datang pada saat yang terlambat, membuat gundah jiwa yang
haus akan bahagia. Walau saat bersama semua adalah kebahagiaan yang nyata,
namun hari ini kesedihan yang sebenarnya pun harus kita lalui. Disaat kita
dalam rindu yang dalam, disaat dahaga kita belum sepenuhnya terobati, dan kita
harus terpisah untuk waktu yang lama.
Jiwaku yang meyakini akan kuasaNYA, kadang terombang
ambing saat seperti ini. Saat aku benar-benar ingin selalu bersamamu, saat aku
benar-benar nyaman dalam dekapanmu, saat aku benar-benar tak dapat hidup
tanpamu, dan aku harus mendapati keharusan yang menyakitkan. Apa rencana yang
indah di balik kebahagiaan dan kebersamaan, dan adakah yang terbaik di balik
kesedihan yang memilukan ini.
Kerinduan ini menyiksaku, walau sekelebat bayangmu
hadir tuk sedikit mengobati. CINTA ini membahagiakanku, saat aku benar-benar
tau kau akan selalu menCINTAiku. Namun
tak ku pungkiri kesepian yang memelukku saat ini, tak dapat ku hindari kejamnya
rasa saat berjauhan denganmu, dan aku tak bisa mengelak lagi saat dinginya
sunyi menerpa dinding hatiku. Semua ini menyakitkan, dalam senyumkupun akan
terasa betapa ini menyakitkan.
Kau bidadariku, obati semua luka ini saat aku di
pelukmu. Sirami dahagaku dengan sejuknya senyumanmu. Isilah kekosongan jiwaku,
lengkapilah hidupku, tunjukanlah aku langkahmu tuk selalu ku ikuti. Demi kau
bidadariku, kan kuhambakan diri dalam hidupmu. Demi kau bidadariku, kan
kurapatkan hati tuk selalu memelukmu. Hingga semua benar-benar terjadi, kita
jalani tanpa CINTA TERLARANG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar